Rabu, 07 Mei 2014

THEOSPRENEURSHIP


Oleh: Pdt. Jola Pollatu-Labok, S.Th.,M.M**


Abstrac
Jola Pollatu - Labok
Tulisan ini bertujuan untuk mereparasi Teologi tradisional yang masih berkembang dalam gereja yang memilah kehidupan manusia menjadi 2 bagian yaitu ‘teologi’ dan ‘sekular’. Selama ini kita lebih memusatkan perhatian pada pandangan ‘teologi’ kita, sementara bagian ‘sekular’ yang sangat besar didunia ini justru terabaikan. Konsep Theospreneurship merupakan hasil pengembangan konsep Spriritualpreneurship berlandaskan pada Ajaran Kitab Suci. Dari hasil kajian ditemukan bahwa terjadi sinergitas antara kata Theos/Tuhan  dan entrepreneurship. Tuhan adalah entrepreneur. Seorang founding fathers yang adalah Theospreneurs. Theospreneur adalah pencipta para entrepreneur. Dengan demikian Kewirausahaan Kristen (Entrepreneurship Kristen) bukanlah sesuatu yang tabu untuk di bicarakan. Kalaupun dalam kenyataannya, Kewirausahaan Kristen telah masuk ke pasar komersial, ini bukanlah sebuah strategi bisnis semata tetapi untuk survive.

Kata kunci:  Entrepreneurship, Spiritualpreneurship, Theospreneurship.
Pendahuluan.
 
          Konsep Theospreneurship merupakan hasil pengembangan konsep Spriritualpreneurship berlandaskan pada Ajaran Kitab Suci. “Theos” atau Tuhan berasal dari bahasa Yunani. Umat Kristen maupun yang lainnya meyakini bahwa Tuhan Allah yang mereka sembah adalah Allah yang Maha Esa. Allah yang Maha Esa (Ulangan 6:4,5) hadir dengan berbagai sebutan/metafora: Allah adalah Pencipta (Ulangan 32: 6, Yesaya 45:10-11), Allah adalah Panglima, Allah adalah Benteng Perlindungan, Allah adalah Gembala Umat (Maz.23). 
          Umat meyakini bahwa sebutan tersebut bukan sekedar sebutan suatu nama, melainkan juga kehadiran dan karya-karya-Nya yang nyata di tengah-tengah umat-Nya. Kepada manusia umatnya, Allah telah memberi mandat sekaligus menjadi mitra manusia dalam mengelola, memelihara, mengembangkan dan mengusahakan kelestarian dan keutuhan seluruh ciptaan-Nya sehingga berdaya dan berhasil guna (Kejadian 2: 15-18). Keyakinan tersebut menjadi dorongan spiritual bagi umat manusia untuk menjalankan mandat tersebut.    
          Keyakinan manusia tentang Tuhan Allah seperti itu melahirkan dorongan spiritual yang mengarahkan pengembangan entrepreneurial capabilities dan melandasi entrepreneurial process dalam  mengembangkan sumberdaya atau aset-aset gereja yang ada. Baik itu aset kelihatan (Tangible) maupun aset yang tidak kelihatan (Intangible). Berangkat dari sinilah muncul konsep Theospreneurship.
Telaah Literatur
1.   Entrepreneurship
          Ada begitu banyak konsep yang berkembang dalam dunia entrepreneur dan entrepreneurship seperti gambaran diatas. Dalam kajian ini peneliti menggunakan definisi konsep entrepreneur dan entrepreneurship dari Drucker (1994), Hagen (1962) dan Kao (1989).
          Drucker, (1994) dalam tulisannya  mendefinisikan Entrepreneurship  adalah sifat, watak, dan ciri-ciri yang melekat pada seseorang yang mempunyai kemauan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia usaha yang nyata dan dapat mengembangkannya dengan tangguh. Pada intinya menurut Drucker, Entrepreneurship adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Kemampuan dan kemauan untuk  mencipta sesuatu yang baru dan berbeda adalah sebuah inovasi.
          Hagen (1962) secara sederhana menegaskan bahwa entrepreneurship adalah “human input into innovation”. Semua masukan oleh manusia yang bersifat inovatif dalam bidang apapun mencerminkan entrepreneurship. Inovasi akan menghadirkan orang-orang yang kreatif dalam menjalankan tugas-tugasnya. Tugas kreatif akan menghasilkan nilai dalam konteks organisasi. Nilai akan diaplikasikan dalam proses mengerjakan sesuatu yang baru dan berbeda dalam lingkungan sekitar sehingga terjadinya perubahan.
          Kao dalam Ihalauw (2002) berpendapat bahwa semua “entrepreneurial activity” merebak di seputar kelahiran gagasan-gasan baru berupa mimpi kreatif. Untuk mewujudkannya Kao (1997) menunjukan  empat peubah yang dapat mempengaruhi entrepreneurship yaitu; insan kreatif, tugas kreatif, konteks organisasi dan lingkungan sekitar yang memperhadapkan wirausahawan kepada peluang dan ancaman dinamis. Model  Kao digambarkan seperti bagan dibawah ini.
Kao's Entrepreneurship Model



2.   Spiritualpreneurship

2.1.      Spiritualitas
Berhubungan dengan iman kristiani, Tanya (1996) menjelaskan bahwa pada hakekatnya spiritualitas menjadikan setiap orang untuk memahami eksistensi hidup sebagai wujud dari iman itu sendiri. Spiritualitas merupakan kehidupan rohani dan perwujudannya dalam cara berpikir, merasa, berdoa, berkarya. Penjelasan tersebut mencakup beberapa aspek penting berikut:
1) Spiritualitas sebagai sebuah dorongan hidup tidak hanya terarah pada dimensi transcendental dari kehidupan, melainkan terakselerasi dalam berbagai aktivitas manusia, baik dalam kehidupan sosial budaya, ekonomi dan politik (Banawiratma, 1990). Mandat untuk mengelola, memelihara, mengembangkan dan mengusahakan kelestarian dan keutuhan seluruh ciptaanNya menjadi modal utama manusia dalam menjalankan kehidupan ekonominya.
2) Spiritualitas bersumber dari Roh Kudus yang memampukan manusia untuk bertahan hidup, dan melakukan berbagai tindakan agar bisa survive. Hal ini memperlihatkan sebuah spiritualitas transformative, yang membuat manusia tidak terkurung dalam tembok-tembok ritus astetis, tetapi terbuka terhadap tantangan dan pengalaman kehidupannya. Inilah yang menjadi sumber kreativitas dan daya inovasi manusia.
3) Spiritualitas dapat muncul dalam semua kondisi kehidupan. Baik kondisi kelimpahan maupun keterbatasan bahkan juga dalam kondisi kekurangan. Inilah yang mendorong orang untuk tidak putus asa atau pesimis.
2.2.      Spiritualpreneurship
          ”Konsep spiritualpreneurship can be define as an activity aimed at creating an organization with a universal outlook that fosters a spiritual program and recognizes existing opportunities and needs within its environment, by engaging in a process of innovation and adaptation, despite limited resources” (Shinde and Shinde, 2011).
          Beberapa aspek penting dari spiritualpreneurship berangkat dari defenisi tersebut diatas adalah;  misi rohani, berorientasi ke masa depan, organisasi yang menciptakan aktivitas, pengenalan dan pemanfaatan peluang, inovasi, berani mengambil resiko dan pemanfaatan sumber daya. Berbagai aspek/indikator penting tersebut telah di praktekan dalam kehidupan dan kerja setiap orang.
          Manajemen spiritual seorang entrepreneur perlu ditata dan dikelola dengan baik. Menatakelolakan spiritual seorang entrepreneur dan entrepreneurship haruslah dimulai dari pendalam terhadap gaya spiritual Yesus
          Spiritual Yesus menurut Nolan (1972) adalah pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan mendalam yang menjadi motivasi penggerak dari karya-karya dan pengajaran-Nya. Ini dipelajari dengan mencermati apa yang dilakukan, dikatakan, dan diajarkan oleh Yesus. Spiritual Yesus atau Spiritual Kristiani harus dipolakan dalam kehidupan manusia sehingga menjadi modal dan melahirkan model spiritual yang menjadi pemediasi dan prediktor dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para entrepreneur dan entrepreneurship Kristen .
3.   Theospreneurship
          Kata Theospreneurship untuk pertama kali ditampilkan dengan menggabungkan antara kata “theos” dan “entrepreneurship”.  Dapat saja kedua kata ini dianggap sesuatu yang bertentangan. Kata “theos” sering dianggap sebagai wilayah yang sakral/suci, bersifat tabu, tidak berkaitan dengan uang dan jual-beli karena itu lalu membatasi pemikiran kita. Sedangkan “entrepreneurship” adalah sesuatu yang bersifat pendorong untuk mencipta gagasan dan mengembangkan kreativitas sehingga terjadinya sebuat perubahan baik secara evolusioner maupun revolusioner dan sering dianggap berorientasi profit / bisnis, berkaitan dengan uang dan jual-beli. Katakanlah bahwa dua kata ini; yang satunya bersifat curiga terhadap kreativitas, yang satunya bersifat spirit yang memotivasi orang untuk mengembangkan kreativitas.
          Ada bagian-bagian Kitab Suci yang memberikan penjelasan dan penggambaran tentang Tuhan Allah sebagai Creator yang menjadi dasar pembicaraan tentang Theospreneurship antara lain :
(1). Didalam Ulangan 32:6 ( … Bukankah Ia Bapamu yang mencipta engkau,…) di sini terdapat kata mencipta yang dalam bahasa Ibrani qanah. Istilah Ibrani qanah atau menciptakan adalah istilah yang biasanya digunakan dalam penciptaan. Istilah ini bukan berarti menciptakan dalam arti melahirkan secara fisik seperti yang terdapat dalam kejadian 4:1 atau Kidung Agung 8:5 ( …dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Kain;…, atau …disanalah ia  mengandung dan melahirkan engkau )  bukan juga seperti yang terdapat dalam cerita mitologi di mana yang ilahi melahirkan manusia dari batu (Ul.32:18; Yer. 2:27; berbicara tentang polemik dengan para berhala). Lih. H. Ringgren, “abh“ dalam Johaness Botterweck and Helmer Ringgren (1974:17) (eds).  Quell, “παιηρ“, dalam G. Kittel, Op.cit., Vol. V, 972  juga menerangkan bahwa pengertian kata “menciptakan” Israel itu, tidak dalam arti biologis.
(2). Dalam Yesaya 45:10-11; Tuhan adalah Pencipta yang digambarkan sebagai penjunan (pembuat periuk) dan Israel adalah tanah liatnya, yang disejajarkan dengan kisah penciptaan ketika Allah menciptakan langit-bumi-manusia (ay.12). Ide yang sama ditemukan juga di dalam yesaya 64:8 ; “…Engkaulah Bapa Kami ! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami semua adalah buatan tanganMu”. Bandingkan juga Malakhi. 2:10;  Bukankah kita sekalian mempunyai satu bapa? Bukankah satu Allah yang menciptakan kita. Lalu mengapa kita berkhianat satu sama lain dan dengan demikian menajiskan perjanjian nenek moyang kita ?” 
          Dalam kajian ini konsep tentang Allah yang kreatif dan inovatif sangat jelas. Hal ini dibuktikan dengan bagaimana Tuhan (Theos) berperan sebagai pencipta, pembentuk/penjunan (pembuat periuk), pemberi mandat dan mitra umat-Nya dalam mengelola serta mengusahakan sumber daya yang diciptakan-Nya. Jadi Tuhan adalah juga entrepreneur. Dua kata tersebut ternyata bisa bersinergis dengan baik. Sinergitas tersebut diperlihatkan oleh tafsiran atas ajaran yang mengatakan bahwa Tuhan adalah seorang desainer yang menciptakan, seorang creator dan manejer (menggambarkan dimensi religius) yang kreatif dan inovatif (menggambarkan sifat Allah), seorang founding fathers yang adalah Theospreneurs.
             Ia memanfaatkan sumberdaya alam (tanah) dengan luar biasa, sehingga berhasil guna. Tuhan juga melakukan pekerjaan yang sangat mulia baik dengan kata tapi juga dengan akta. Pekerjaan yang Tuhan lakukan seperti yang digambarkan diatas identik dengan pekerjaan seorang wirausaha yang berperan sebagai agen perubahan (change Agen) yang dengan kreatif dan inovatif berusaha  menggunakan sumber daya alam yang ada. Pekerjaan yang dianggap kotor pun digambarkan bahwa Allah lakukan juga dengan tangan-Nya seperti seorang tukang Periuk (Wirausaha).

Penutup.
          Mengembangkan nilai-nilai spiritualitas, kreativitas dan inovasi serta daya saing dalam diri pemimpin yang adalah pelayan umat dalam menggerakan setiap individu orang Kristen dalam kehidupan yang global adalah sesuatu yang sangat penting. Kalau tidak, maka kita akan tertinggal dalam pasar persaingan Global. Karena itu, berdasarkan pada pemahaman bahwa Tuhan adalah seorang Creator yang adalah juga Entrepreneur. Ia adalah Founding Father yaitu Theospreneur dan kita adalah pemilik yang diberi mandat serta teman sekerja-Nya untuk mengelola alam ciptaan-Nya, membekali kita untuk masuk dan berakses dalam pasar Lokal-Tradisional-Nasional maupun Internasional.
          Gereja dan para pelayan dalam melaksanakan pekerjaan pelayanan dan pemberdayaan perlu memberikan dorongan kreativitas dan inovasi serta semangat bagi umat dalam rangka menatalayani usaha-usaha mereka dan berteologi bersama umat/rakyat dalam setiap situasi dan kondisi mereka. Kwok Pui Lan  (1998) menulis; […] kita mendengar cerita itu, menangis dengan mereka, merasakan sakit mereka, dan ikut mencicipi luka-luka mereka. Hanya dengan cara demikianlah kita dapat bergumul bersama mereka dan memulihkan kembali bagian-bagian yang terpecah-pecah dalam kehidupan, untuk mencoba memperhitungkan suara Allah yang berbicara melalui air mata dan tarikan nafas panjang, bisikan dan ratapan, kesedihan dan harapan, tidak peduli betapapun suram datangnya. C.S.Song menulis “kita perlu mengakhiri pandangan tradisional yang menbuat tidak dengan baik dan secara holistic melihat realita kehidupan yang terjadi disekitar kita. Song (2001) mengatakan: Orang-orang Kristen tidak melihat arti ‘teologis’ dalam pasar yang hiruk pikuk di mana orang-orang tawar-menawar harga ayam. Mereka tidak melihat implikasi ‘teologis’ dalam diri ‘orang-orang perahu’ dari Vietnam yang berjuang untuk sampai ke pantai menginjak daratan.
                   Berangkat dari pandangan-pandangan yang ada, Gereja perlu membekali dan mempersiapkan umat dengan bekal pengetahuan dan ketrampilan entrepreneurship untuk menjawab tantangan dan peluang Globalisasi dan Pasar bebas. Karena itu  pendidikan kewirausahan Kristen (Christian Entrepreneurship) perlu di introduksi dalam rangka menjelaskan konsep ajaran Kristen yang jelas disertai dengan model kewirausahaan Kristen yang berkembang. Melalui Pendidikan formal/non formal gereja, sangatlah membantu untuk merobah mainset berpikir para pelayan dan warga gereja. Dengan begitu kedepan ini, orientasi pikir orang kristen tidak semata dibentuk sebagai pencari kerja (job seeker) namun dapat dan siap menjadi pencipta pekerjaan (job creator). 
Tuhan memberkati…..

(Tulisan ini adalah sebuah sumbangsih berteologi penulis)
                                          
Literatur :
Alkitab
Tanya Victor(1996)
 Drucker(1994)
Hagen (1962)
Kao (1997)
Ihalauw (2002)
Shinde and Shinde (2011)
Nolan Albert (1972)
Song.C.S (2001)

 
**Penulis adalah: Alumnus Magister Manajemen, Konsentrasi Manajemen Gereja. Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW – Salatiga. 
Journal Internasional: Christopreneurship Model
Penemu Konsep Teori Christian Entrepreneurship. Saat ini bertugas sebagai Ketua Majelis Jemaat GPM Tungu.


Tidak ada komentar:

KAREL RIDOLOF LABOK (KARIBO). Diberdayakan oleh Blogger.

FOTO FACEBOOK