Minggu, 20 September 2015

SENTUHAN CINTA PARTAI DEMOKRAT, BERIKAN SOLUSI



ELVIANA PATTIASINA: KAMI HADIR BERI SOLUSI
dr. Elviana Pattiasina Maitimu, Plt. Ketua DPC Partai Demokrat, Kepulauan Aru, saat mencium seorang anak asuh yang baru berusia 7 bulan, di Panti Asuhan Santa Maria, Dobo, Kepulauan Aru, Maluku. Sentuhan Cinta seorang Ibu, memberikan solusi bagi kedamaian yang diidamkan setiap anak. (Foto.Doc.KARIBO)

Dobo,AI.- Hari Ulang Tahun Partai Demokrat ke-14, yang dirayakan oleh Jajaran Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrat Kabupaten Kepulauan Aru, bersama Kader, Pendukung, dan Simpatisan, di Kota Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku, Sabtu (19/9), berlangsung sederhana tetapi meriah, dan penuh makna cinta.

Pasalnya, Pengurus DPC Partai Demokrat Aru, yang dipimpin oleh Pengurus Carataker, dengan Ketua, dr. Elviana Pattiasina Maitimu, dan Sekretaris, Josias Ubro, tersebut lebih memilih untuk menyelenggarakan kegiatan HUT ke-14 ini, dengan mengedepankan pelayanan langsung kepada masyarakat sebagai bentuk solusi bagi masalah kemasyarakatan di daerah ini.


Kegiatan dimulai dengan Kunjungan Kasih, ke Taman Pengajian Al-Quran (TPA) Nurul Islam, dan Panti Asuhan Santa Maria, di kawasan Siwalima Pantai, Kota Dobo. Dalam kunjungan Kasih tersebut, disertai dengan pemberian bingkisan bagi anak-anak didik di TPA, dan anak asuh di Panti Asuhan. Selain itu, juga diberikan bantuan uang tunai bagi Pengurus TPA serta Panti Asuhan, yang besarnya tidak disebutkan oleh dr. Elviana, dengan alasan pemberian tersebut tidak setara dengan rasa syukur atas anugerah besar yang diberikan bagi Partai Demokrat yang telah sukses memimpin negeri ini selama kurun waktu 14 tahun.

“Bantuan yang kami berikan, tidaklah besar, namun kami berharap bantuan itu bermakna dan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pihak penerima. Demikian juga, bantuan uang tunai itu, tidaklah sebanding dengan kepercayaan rakyat, dan anugerah Tuhan yang luar biasa bagi kami, Partai Demokrat, yang telah sukses memimpin negeri ini selama kurun waktu 14 tahun ini.” Tutur Elviana, dengan rendah hati.

Pada kesempatan kunjungan tersebut, Elviana dan Tim DPC Partai Demokrat juga sempat berbincang-bincang, dan membangun diskusi ringan dengan anak-anak asuh di TPA serta Panti Asuhan, juga dengan pihak pengelola. Hasilnya, para pengelola TPA dan Panti Asuhan yang sudah terbiasa mengelola dengan keringat sendiri tanpa bantuan dari pihak ketiga itu, mengeluhkan sejumlah permasalahan yang mereka hadapi selama ini.

Ustadz Umar Bugis (40), misalnya. Sang pengelola TPA yang melanjutkan amanah sang ayah yang sudah almarhum ini, hanya bisa menangis, ketika diminta oleh Elviana untuk mengungkapkan apa saja kesulitan yang dihadapinya selama mengelola TPA. Dalam isak tangis yang tertahan, sang ustadz ini hanya mengucap Terima Kasih tulus atas dukungan perhatian yang disodorkan Elviana dan Tim, sambil meminta bantuan untuk bila sempat, mohon ada perhatian pihak ketiga untuk meringankan urusan pengelolaan TPA yang gedung kecilnya sudah payah dimana-mana itu, karena jika hanya berharap pada sumber sumbangan dari orang tua para anak asuh di TPA yang rata-rata miskin itu, tidak mungkin bisa mampu melakukan renovasi dan tambahan perlengkapan yang memadai.

“Saya hanya bisa berterima kasih atas kunjungan ibu dan tim ke TPA kami. Saya tidak berpikir, bahwa ini politik (demi kepentingan politik semata-red), karena yang saya lihat, hanya kebaikan dan ketulusan yang ibu dengan tim hantar buat kami di TPA kami. Saya juga berharap, kalau ada kesempatan (peluang bantuan-red), mohon kami juga diperhatikan. Kami punya Qur’an yang sudah robek banyak. Kami juga punya kipas angin rusak. Kami juga punya gedung reyot. Kami juga punya plafon yang hampir runtuh menimpa kami. Kami juga punya papan tulis (White Board-red) yang tidak bisa muat lagi tulisan banyak-banyak. Semua itu, kami butuh uluran tangan dari setiap pihak yang bisa bantu. Kami tidak bisa harap minta iuran 10.000 rupiah per anak asuh, per bulan, dari orang tua yang hampir semua miskin ini, karena kalau mereka tidak kasih iuran juga Saya tidak memaksa. Saya hanya jalankan amanah alamarhum ayah saya yang mendirikan TPA ini, bahwa jangan mengambil keuntungan sedikitpun dari para anak didik.” Tukas Umar Bugis, menahan tangisnya.

TPA Nurul Islam, didirikan sejak tahun 1987. Saat ini memiliki anak didik sebanyak 73 orang untuk semua kelas Al-Quran. Ustadz Umar Bugis mengaku, bahwa semua anak didiknya telah memiliki kemampuan baca Qur’an yang sangat fasih. Ketika diminta baca oleh Ibu Elviana, seorang anak tampil membaca dengan cukup baik, zus 30 Qur’an (maaf, jika keliru tulis istilah-red). Ustadz Umar mengakui bahwa anak-anaknya hanya agak grogi karena baru dengan ibu Elviana jadi kurang tampil maksimal, padahal, mereka sangat baik bacanya. Walau demikian, berdasar pantauan media ini langsung di TPA, para anak didik itu telah mampu baca dengan sangat baik.

Soal biaya untuk operasional TPA, Ustadz Umar mengakui bahwa diambil dari honornya sebagai Guru Ngaji yang diterimanya dari Kementerian Agama, serta iuran anak didik, sebesar 10.000 rupiah per bulan. Itupun, jika orang tua anak didik memiliki uang sedia, jika tidak ada uang, sang Ustadz pun tidak akan memaksa para orang tua itu untuk membayar. Itulah amanat dari almarhum ayahnya yang mendirikan TPA Nurul Muslim.

Sama halnya dengan Ustadz Umar Bugis, Pengurus Panti Asuhan Santa Maria, Ibu Songa, mengeluhkan bantuan yang tidak pernah mereka terima dari pihak ketiga. Selama ini, Ibu Songa dan suaminya yang jadi guru di SD Negeri 1 Dobo, membiayai Panti Asuhan yang saat ini sedang mengasuh 28 anak yatim-piatu itu dengan biaya sendiri. Panti Asuhan Santa Maria, didirikan oleh seorang Suster, di tahun 1981. Masyarakat di Kepulauan Aru, terbiasa menyebut sang pendiri Panti  Asuhan, dengan sebutan Bidan Kebaya.

“Kami biayai dari kantong sendiri operasional di Panti ini. Kami tidak pernah berharap pada pihak lain untuk membantu kami, tetapi kami juga tidak menolak, jika ada bantuan, karena kami memiliki banyak keterbatasan, tetapi kami tidak ingin mengeluh jika tidak ada yang rela membantu. Anak-anak mantan asuhan dari Panti ini, sudah sangat banyak. Ada yang sudah bekerja di Makassar, Ambon, Papua, dan tempat lainnya. Tetapi kami juga tidak memaksa mereka untuk membantu. Kalau mereka bersedia membantu karena merasa pernah berasal dari sini, kami tidak menolak.” Demikian, ibu Songa, bertutur.

Ibu Songa juga mengucap terima kasih pada Ibu Elviana dan Tim, yang sudah repot-repot datang mengunjungi Panti yang dikelolanya. Baginya, setiap sentuhan tulus yang disodorkan seperti yang dilakukan oleh Tim Partai Demokrat ini, adalah sangat bermakna dan baik untuk mereka.

Jika hanya dengan 10.000 rupiah saja, TPA ini masih eksis, siapakah kita yang sedia membantu dengan uang yang seukuran dengan harga pulsa yang setiap hari kita berikan kepada anak kita yang masih SD itu? Atau seukuran uang jajan anak kita. Atau berbanding terbalik langit dan bumi, dengan ongkos baju, celana, dan sepatu, seorang Politisi di Parlemen. (01-AI)

Tidak ada komentar:

KAREL RIDOLOF LABOK (KARIBO). Diberdayakan oleh Blogger.

FOTO FACEBOOK