Sekali
Setor 370 Juta Rupiah, Sitorus Anak Medan, Untung Dua Kali
Jadi Anak
Adat Aru, Sekaligus Dapat Hak Kelola Hutan Marga Loi
Untung sekali Anak Medan ini
bahhh. Bagaimana tak untung? Suhar Sitorus Anak Medan dari Pulau Sumatera,
hanya punya modal uang Rp. 370 Juta. Sekali uang itu disetor kepada Panitia
Musyawarah Adat Aru, Sitorus langsung dapat untung pertama, yaitu “Hak Kelola
Lahan Hutan milik Marga Loi di Pulau Trangan, yang digadaikan oleh Keluarga
Besar Marga Loi sebagai kompensasinya. Hak ini diserahkan oleh Marga Loi
melalui wakil mereka, Ketimun Loi. Memang di hutan kami itu banyak terdapat
kayu yang memiliki kualitas terbaik dan harga termahal di Dunia, timpal
Ketimun.
Sebagai keuntungan kedua, Dewan
Adat Aru (DAA) menganugerahi Gelar “Anak Adat Aru” kepada Pengusaha Muda Asal
Medan, Sumatera Utara itu. Pengukuhan berlangsung di Rumah Ketua DAA, Tontji
Galanggoga, Jalan Ali Moertopo, Dobo, Sabtu (10/5) lalu. Pengukuhan berlangsung
singkat, karena diwarnai keributan oleh masyarakat Aru yang menolak pemberian
gelar tersebut kepada Sitorus. Para pemrotes menganggap Adat Aru telah dikotori
oleh DAA.
Setelah dikukuhkan sebagai Anak
Adat Aru, Sitorus langsung dievakuasi oleh Polisi melalui pintu belakang, lalu
melalui jalan setapak siwalima pantai, hingga keluar di depan Kantor Koramil
Dobo, dan menggunakan Mobil Angkutan Umum menuju Hotel Grand Aru, dengan
pengawalan ketat oleh aparat Polisi. Tidak diketahui secara pasti, bagaimana
keberadaan para pendemo yang masih berada di depan kediaman Tontji Galanggoga,
setelah Sitorus dievakuasi. Merasa tidak puas, para pendemo melanjutkan orasi
dan menggelar pamflet serta poster berisi kecaman terhadap Sitorus dan DAA, di
depan Lapangan Yosudarso Dobo hingga sore hari.
Keesokan harinya, Minggu (11/5)
Pasukan Sitorus berangkat menuju Kampung Medan di Desa Marlasi, Kecamatan Aru
Utara, untuk melakukan serangkaian kunjungan ke bekas Kampung halamannya
disana. Menurut Ketua DAA, kampung Medan di Marlasi memiliki hubungan historis
dengan Kota Medan di Sumatera Utara. Belum jelas, sumber sejarah manakah di Aru
yang menjabarkan hal itu. Tetapi mungkin keanehan ceritera ini, bisa dijadikan
sumber inspirasi dan referensi sementara oleh pihak lain untuk mulai melakukan
penelusuran ilmiah agar memperjelas hubungan historis ini. (01-AI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar